Intergevernmental Panel on Climate Change, pernah membuat laporan bahwa lima tahun mendatang akan terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5 sampai 1,5 derajat Celcius. Gejala Pemanasan Global dan perubahan iklim yang saling mempengaruhi secara timbal balik merupakan ancaman strategis.
Jika tidak terkendali akan semakin mempercepat pencairan es dikutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastis. Fenomena ini akan mengancam negara-negara kepulauan di Pasifik yang memiki rata-rata daratannya hanya 4 meter diatas permukaan laut. Dan sebagai akibat dari kejadian tersebut akan mempercepat penenggalaman pulau-pulau tersebut.
Presiden Negara Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemua APEC di Sydney mengambil inisiatif sekaligus mengajak negara-negara didunia, khususnya di kawasan Asia-Pasifik untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga dunia yang dikenal dengan Caral Triangle. Yang pada akhirnya terbentuk CTI yang terdiri dari 6 negara ( Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guini, Kep. Solomon).
Kawasan Coral Triangle memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia didunia. Selain kawasan hutan, laut juga merupakan paru-paru dunia pemeran utama penyerapan karbon dioksida (CO2). Melalui berbagai organisme laut yang melimpah seperti terumbu karang, padang lamun, dan mangrove serta biota kecil (plankton dan mikroalgae), ekosistem laut ternyata berkemampuan dan menjadi solusi fenomena tersebut. Potensi laut menyerap CO2 dapat lebih tinggi dibanding hutan di darat. "Laut menyerap 50 kali dibanding atmosfer." Laut juga mampu melepas karbon 90 milyar ton/tahun dan menyerap karbon 92 milyar ton/tahun. Bandingkan dengan vegetasi yang ada didarat melepas karbon 60 milyar ton/tahun, dan menyerap 61 milyar ton/tahun. Bahkan 50 % oksigen yang dihirup manusia berasal dari fotosintesa dilaut. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi pada Pembukaan acara WOC (World Ocean Converence) di manado, 11-15 Mei 2009.
Laut menyerap CO2 atmosfer dalam jumlah yang sangat besar sekitar 245,6 juta ton per tahun atau seperempat CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yang kemudian disimpan di laut. Bahkan , luas laut Indonesia dengan terumbu karang mencapai 75.000 kilometerpersegi (atau 21% luas terumbu karang dunia) serta 6,7 hektare kawasan konservasi laut berkontribusi menyerap 43,6 % karbondiokida (CO2) dunia. Di beberap bagian laut, CO2 yang tersimpan hingga berabad-abad berperan sangat besar mengurangi pemanasan global. Kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut semakin mengalami kerusakan.
Indonesia memiliki wilayah lautan 70 % dari total wilayahnya tentunya memiliki kandungan biomassa yang jauh lebih banyak. " Kekayaan Ekosistem Laut Indonesia berprospek sebagai alternatif menekan pemanasan global dan perubahan iklim dimasa mendatang".
Jika tidak terkendali akan semakin mempercepat pencairan es dikutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastis. Fenomena ini akan mengancam negara-negara kepulauan di Pasifik yang memiki rata-rata daratannya hanya 4 meter diatas permukaan laut. Dan sebagai akibat dari kejadian tersebut akan mempercepat penenggalaman pulau-pulau tersebut.
Presiden Negara Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemua APEC di Sydney mengambil inisiatif sekaligus mengajak negara-negara didunia, khususnya di kawasan Asia-Pasifik untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga dunia yang dikenal dengan Caral Triangle. Yang pada akhirnya terbentuk CTI yang terdiri dari 6 negara ( Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guini, Kep. Solomon).
Kawasan Coral Triangle memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia didunia. Selain kawasan hutan, laut juga merupakan paru-paru dunia pemeran utama penyerapan karbon dioksida (CO2). Melalui berbagai organisme laut yang melimpah seperti terumbu karang, padang lamun, dan mangrove serta biota kecil (plankton dan mikroalgae), ekosistem laut ternyata berkemampuan dan menjadi solusi fenomena tersebut. Potensi laut menyerap CO2 dapat lebih tinggi dibanding hutan di darat. "Laut menyerap 50 kali dibanding atmosfer." Laut juga mampu melepas karbon 90 milyar ton/tahun dan menyerap karbon 92 milyar ton/tahun. Bandingkan dengan vegetasi yang ada didarat melepas karbon 60 milyar ton/tahun, dan menyerap 61 milyar ton/tahun. Bahkan 50 % oksigen yang dihirup manusia berasal dari fotosintesa dilaut. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi pada Pembukaan acara WOC (World Ocean Converence) di manado, 11-15 Mei 2009.
Laut menyerap CO2 atmosfer dalam jumlah yang sangat besar sekitar 245,6 juta ton per tahun atau seperempat CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yang kemudian disimpan di laut. Bahkan , luas laut Indonesia dengan terumbu karang mencapai 75.000 kilometerpersegi (atau 21% luas terumbu karang dunia) serta 6,7 hektare kawasan konservasi laut berkontribusi menyerap 43,6 % karbondiokida (CO2) dunia. Di beberap bagian laut, CO2 yang tersimpan hingga berabad-abad berperan sangat besar mengurangi pemanasan global. Kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut semakin mengalami kerusakan.
Indonesia memiliki wilayah lautan 70 % dari total wilayahnya tentunya memiliki kandungan biomassa yang jauh lebih banyak. " Kekayaan Ekosistem Laut Indonesia berprospek sebagai alternatif menekan pemanasan global dan perubahan iklim dimasa mendatang".
0 comments
Post a Comment